A.
Manusia Sebagai Mahluk Allah SWT
Manusia
merupakan mahluk yang paling sempurna daripada mahluk yang lain. Akal dan
naluri merupakan hal yang membuktikan kesempurnaan manusia sebagai mahluk. Akal
dan naluri merupakan salah satu asset yang besar dalam hidup, dengan dua hal
tersebut manusia bisa menjalin hubungan dengan Tuhan yang merupakan puncak dari
aset terbesar dalam hidup.
Sebagai
mahluk Allah, tujuan manusia diciptakan antara lain sebagai berikut:
1. Mengabdi
Kepada Allah SWT Sebagai Illah
“Dan
tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah
kepada-Ku” (QS Adzariyat : 54)
Allah adalah Zat Yang Maha Agung yang
menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dengan kekuasaan-Nya dan kemaha
dahsyatan-Nya membuat manusia tidak ada pilihan selain dari mengabdi dan
melakukan apa yang Allah inginkan. Bahkan ketika memilih untuk tidak taat
dan patuh pun manusia lah yang akan merugi. Allah telah memberikan jalan
terbaik dan dampak yang baik akan didapatkan oleh manusia. Konsep manusia
menurut islam semata-mata untuk mengabdi atau melaksanakan ibadah kepada Allah.
2.
Menjadi Khalifah fil Ard dan Tidak Berbuat Kerusakan di Muka Bumi
Tugas manusia adalah menjadi khalifah di muka
bumi. Khalifah sendiri bisa bermakna pemimpin atau pengganti. Misi ini adalah hakikat
manusia menurut islam yang harus dilakukan.
3.
Mengejar Tujuan Akhirat
Kehidupan di dunia adalah sementara. Untuk itu,
dunia bukan tujuan akhir dari kehidupan manusia dan juga bukan tujuan dari
penciptaan manusia untuk tinggal di bumi. Kehidupan sejati adalah di Akhirat
nanti. Untuk itu Allah senantiasa menyuruh melakukan kebaikan untuk mendapatkan
pahala akhirat, menyampaikan kebahagiaan surga dan penderitaan neraka, serta
memotivasi di setiap ibadah dan perilaku kebaikan dengan balasan pahala.
4.
Sedangkan dalam surah al mulk Allah menciptakan manusia untuk diuji, sipakah
yang paling baik amalnya.
B. Wali Allah SWT
Wali berasal dari akar
kata waliya-yawla, yang berarti “ dekat dengan sesuatu”. Al-Waliyyu adalah
orang yang memiliki kedekatan dengan Allah atau orang yang disayang Allah.
Demikian pula kata
waliy, memiliki dua pengertian. Bisa berarti “ orang yang mencintai Allah” atau
bahkan “orang yang mencintai dan dicintai Allah sekaligus”.
Mengenai kedekatan dan hubungan khusus para
wali dengan Allah, rasullulah SAW bersabda: “Sesungguhnya dari kalangan para
hamba Allah ada segolongan orangyang bukan nabi dan bukan pula syuhada, namun
para nabi dan para Syuhada berebut dengan mereka dalam kedudukan terhadap
Allah”.
Wahai
Rasullulah, ceritakan kepada kami siapa mereka itu dan apa amal perbuatan
mereka. Sebab kami senang kepada mereka karena kedudukan mereka itu, kata para
sahabat.
Sabda nabi : “Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, tidak atas dasar pertalian keluarga dan tidak pula karena harta. Demi Allah wajah mereka bercahaya terang. Mereka tidak merasa takut ketika semua orang takut, tidak merasa khawatir ketika semua orang merasa khawatir”. http://warisdjati.blogspot.co.id/2013/03/ciri-ciri-waliyullah-dan-menembus.html
Sabda nabi : “Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, tidak atas dasar pertalian keluarga dan tidak pula karena harta. Demi Allah wajah mereka bercahaya terang. Mereka tidak merasa takut ketika semua orang takut, tidak merasa khawatir ketika semua orang merasa khawatir”. http://warisdjati.blogspot.co.id/2013/03/ciri-ciri-waliyullah-dan-menembus.html
C. Hubungan
Manusia dengan Allah adalah Aset Terbesar dalam Hidup
Ada tiga hal yang dapat dijelaskan didalam hubungan antara manusia (mukmin) dan
Allah setelah manusia mengenali Allah dengan benar.
1.
Pertama, pengenalan tersebut akan mebuahkan hubungan yang indah
dengan-Nya. Hubungan itu akan ditandai dengan adanya rasa mahabah (cinta)
yang sangat tinggi terhadap Allah. Bahkan mengalahkan rasa
cinta nya kepada manusia lain ataupun benda yang dimilikinya. Ia memiliki
tanda-tanda cinta seperti yang telah Allah gambarkan didalam surat Al Anfal.
Rasa cinta tersebut akan membuatnya selalu optimis dan dinamis didalam
kehidupannya sebagai seorang mukmin, yang membuat jiwanya
selalu stabil didalam berbagai kondisi.
2.
Kedua, Di dalam Al Qur`an, Allah mengibaratkan hubungan
manusia (mukmin) dan Allah itu adalah seperti hubungan tijarah
(jual beli) yang akan menyelamatkan orang-orang mukmin dari azab yang
pedih. Jual beli itu berupa keimanan kepada Allah swt dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwa (QS 61: 10-11). Selain itu Allah juga
mengibaratkan `amal sholih seorang mukmin sebagai pinjaman
yang diberikan kepada Allah. Dimana pinjaman itu akan
Allah beli dengan harga yang sesuai dengan penilaian Allah. Pinjaman itu
dapat berupa tenaga ataupun harta. Walaupun hakikatnya semua harta
di langit dan di Bumi adalah milik Allah dan diberikan sementara untuk
manusia. Tetapi jika manusia gunakan harta itu untuk menegakkan
kalimat Allah, maka Allah akan menganggapnya sebagai suatu pinjaman.
Dan Allah akan mengembalikan pinjaman itu dengan berlipat ganda dan tidak
terbatas (QS 64:17, 2:261).
3.
Ketiga, hubungan manusia (mukmin) dan Allah itu ditandai
dengan adanya kontrak kerja yang menjadi kewajiban manusia,
yaitu berupa `amal sholih. Manusia terikat dan terlibat
didalamnya. Baik `amal yang bersifat umum (ibadah)
maupun ´amal khusus (da`wah). Amal tersebut lebih dari sekedar
untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mengajak orang lain beribadah.
Sehingga tidak dibenarkan seorang mukmin memisahkan diri, tetapi ia harus
selalu berhubungan dengan manusia (berjamaah).http://ukhuwah-i.tripod.com/aqi01.html
Ketika seseorang
telah berhubungan dekat dengan Allah, maka orang tersebut akan memiliki peluang
untuk mendapatkan aset terbesar dalam hidup, yaitu menjadi Wali Allah atau
kekasih Allah. Menjadi Wali Allah dikatakan sebagai asset terbesar dalam hidup,
karena tidak semua mahluk bisa menjadi Wali Allah. Seperti yang telah
dijelaskan di atas mengenai pengertian Wali Allah. Namun, setiap perputaran
zaman ke zaman, titisan dari sifat Rosululloh SAW. Di muka bumi ini harus ada
yang memegang.
Begitu juga dengan rahmat Allah Swt, di sepanjang zaman hingga kini dunia tidak
perah putus dari adanya para wali Autad dan Abdal yang karena ketaqwaan
merekalah Allah turunkan rahmat-Nya ke muka bumi. Cuma mereka tidak dikenali
umum. Tetapi bagi para mujaddid yang zahir setiap awal kurun, kepimpinan mereka
lebih terserlah berbanding ulama-ulama lain. Ini karena mereka adalah ulama
yang berwatak rasul (yakni mereka mendidik dan memimpin manusia menuju Tuhan).
Oleh itu menjadi tanggungjawab umat Islam di setiap awal kurun untuk mencari
mujaddid di kurunnya karena ia adalah khabar gembira dari Rasul.
Nampaknya teknik yang digunakan oleh Allah untuk membolehkan Rasulullah SAW
terus memimpin umat setelah kewafatannya itu boleh dibaca dalam sabda
Rasulullah SAW yaitu:
Maksudnya: Dari Abu Hurairah r.a. katanya bahawa Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengutus pada umat ini di setiap awal 100 tahun seorang
(mujaddid) yang akan memperbaharui urusan agama mereka. ” (Riwayat Abu Daud)
Jadi berdasarkan Hadis tadi, jelas bahawa di setiap awal kurun (Hijriah), Allah
utuskan seorang mujaddid.
Mujaddid artinya orang yang membawa pembaharuan. Dalam bahasa Inggris dikatakan
‘reformer’ yang bererti pembaharu. Tugas mujaddid adalah untuk memperbaharui
urusan agama. Mujaddid datang bukan membawa agama baru atau memperbaharui isi
Al Quran. Mereka tetap membawa isi Islam sepertimana yang dibawa oleh
Rasulullah SAW. Cuma penafsiran tentang isi Al Quran dan Hadis itu saja. Yang
diperbaharui melalui ilham dari Tuhan yang mana penafsiran itulah yang paling
tepat dan sesuai untukdiamalkan di zamannya.
Roh Rasulullah SAW diizinkan Allah untuk hadir (yaqazah) mengajarkan melalui
ilham yang jatuh ke hati para mujaddid. Hakikatnya Rasulullah-lah yang
melakukan tugasan sebagai Nabi akhir zaman untuk menghidupkan agama Islam atau
Al-Quran dan Sunnah setiap 100 tahun sekali.
Rasulullah-lah yang memonitor setiap mujaddid sehingga mereka bukan hanya mampu
mentafsirkan Al Quran dan Sunnah tetapi juga mengamalkannya dalam diri,
keluarga, jemaah dan perjuangannya. Sehingga jadilah setiap mujaddid yang lahir
di awal kurun itu umpama ‘Al-Quran bergerak’ di kurun tersebut. Keindahan Islam
yang dibawa dan diperjuangkannya berjaya menjadi contoh atau role model,
sehingga hasilnya manusia jatuh hati kepada Tuhan dan syariat-Nya.
Mengapa Tuhan mengambil kaedah ‘mujaddid’ sebagai saluran untuk Rasulullah
berperanan?
Ini adalah karena Allah mahu menunjukkan kuasa-Nya yang Maha Agung terhadap
Nabi Muhammad SAW yang mana Nur Muhammad itu adalah lebih dominan daripada
fisiknya. la kekal wujud dan berperanan sejak awal-awal diciptakan sebagai
ciptaan paling utama. la akan terus berperanan walaupun terhadap makhluk paling
akhir yang akan dimatikan.
Jasad Rasulullah SAW yang kekal tidak reput, yang ada di bumi Madinah itu pun
merupakan satu kekuatan simbolik umat Islam. Ditambah lagi dengan roh baginda
yang cukup kuat dan aktif bekerja sesudah wafatnya adalah satu kekuatan
tersirat kedua yang menjadi kekuatan juga lagi untuk umat Islam.
Ajarannya terus menguasai dan akan bangkit sekali lagi untuk memerintah dunia
seluruhnya. Grand design oleh Allah dan Rasul ini adalah percaturan paling
licik, membuatkan musuh-musuh-Nya akhirnya menyerah diri kepada Allah dan
menerima agama Muhammad.
Dari Abu Hurairah ra, berkata: Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah Swt
telah berfirman, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku (kekasih-Ku), sungguh Aku telah
menyatakan perang terhadapnya, dan tidaklah seseorang bertaqarrub kepada-Ku
dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada hal-hal yang telah Aku fardhukan.
Dan tidaklah seseorang hamba terus menerus bertaqarrub kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Dan apabila Aku telah
mencintainya, jadilah Aku pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar dan
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat dan tangannya yang ia gunakan
untuk berjuang dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta
kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku
pasti Aku memberinya perlindungan.” (HR. al-Bukhari)
Al Hafidz Ibnu Asakir meriwayatkan dari al ‘amasy dia berkata: ada seorang
laki-laki buang air besar di atas kuburan Sayyidina Al Hasan bin Ali RA (cucu
Baginda Nabi SAW), tak lama kemudian dia menjadi gila dan menggonggong
seperti anjing. kemudian setelah ia mati terdengar dari kuburannya suara
melolong dan berteriak-teriak. http://www.sarkub.com/balasan-orang-yang-menghina-waliyullah
D. Mengakses
Aset terbesar
Di dalam sebuah hadis qudsi, Allah juga
menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilakukan dan juga pertolongan Allah
kepada wali-wali-Nya.Dalam hadis qudsi itu Allah berfirman,
“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, Aku akan mengumumkan perang dengan orang
itu. Tidakkah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan
amal-amal yang Aku senangi, di antara amal-amal yang Aku fardukan dan tidaklah
juga hamba-Ku itu terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengamalkan
amalan-amalan tambahan, yaitu nafilah (sunat) sehingga Aku mencintainya dan
apabila Aku sudah mencintainya, Akulah yang memelihara pendengarannya ketika ia
mendengar, Akulah yang memelihara penglihatannya ketika ia melihat, Akulah yang
memelihara tangannya ketika ia berbuat, dan Akulah yang memelihara kakinya
ketika ia berjalan. Apabila ia meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya dan
apabila ia memohon perlindungan kepada-Ku, Aku akan melindunginya.”
Petunjuk Allah SWT. tentang tahapan-tahapan
amal yang harus dikerjakan oleh semua hamba-Nya yang ingin sampai ke derajat
“wali” sangatlah jelas. Bisa dikerjakan oleh semua orang yang beriman. Tahapan
amal yang pertama, mengerjakan amal-amal yang difardukan oleh Allah dengan
sempurna. Shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, zakat, dan haji. Semua
yang fardhu itu dikerjakan secara tertib, tepat waktu, tepat kaifiyat (cara),
kekhusyukannya dan keikhlasannya.
Kemudian, jika ibadah fardu sudah dikerjakan
dengan baik, ditambah dengan mengerjakan amal-amal yang nafilah (sunat) secara
istiqomah. Karena setiap amal yang difardukan selalu disertai amal yang nafilah
(sunat). Ada salat sunnah, saum (puasa) sunnah, sedekah, sebagai sunah dari
zakat dan sunah haji, yaitu umrah. Jika semua amalan yang sunat itu sudah
dikerjakan secara mudawamah (kontinu) dan istiqomah sebagai tambahan bagi yang
fardu, amal-amal itulah yang bisa mengantarkan ke derajat “wali Allah”
Jika Allah SWT telah memuliakan hambaNya dan
mengangkat derajatnya menjadi wali-Nya, Allah akan membelanya dari segala
gangguan musuh-musuhnya yang mengancam padanya. Jika sudah ada pembelaan dari
Allah, maka tidak butuh lagi ilmu kesaktian, kepasrahanlah yang membuatnya
selalu mendapat pertolongan Allah.Apabila semua sudah di serahkan kepada Allah,
maka Allah akan memberi perlindungan. Jika sudah mendapat pembelaan dari Allah,
seorang “wali” Allah tidak akan punya rasa takut dan tidak merasa sedih. Tidak
takut untuk mengatakan yang benar, sekalipun di hadapan penguasa yang zalim dan
tidak juga bersedih untuk meratapi kegagalan dalam perjuangan. http://sufistik.com/syarat-agar-menjadi-wali-allah/#
Komentar
Posting Komentar